#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:98%; }

Benvenuto

Selamat datang bagi yang nyasar, tersesat, atau memang sengaja masuk ke Ruang Vita. Ruang ini memang berantakan, gelap, dan tidak mempesona, tapi semoga berkenan menyusurinya....

Rabu, 02 September 2009

Gempa di Bulan Ramadhan

Jam belum pas benar menunjuk angka 3 pada sore 2 September 2009. Saat itu aku masih sibuk di depan laptop, dengan lokasi di kamar kos. Tiba-tiba sekelilingku terasa bergoyang cukup kencang. Kaca jendela bergemeretak, lampu kamar berayun-ayun. Gempa! Inilah gempa paling kencang yang aku rasakan selama ini.

Aku dan teman-teman kos berlarian keluar rumah. Ada salah satu temanku yang terpaksa keluar hanya dengan berbalut handuk, lantaran sedang mandi ketika gempa mengguncang. Aku pun keluar tanpa membawa barang apapun, termasuk handphone yang biasanya selalu kutenteng kemanapun aku pergi.

Setelah gempa menggoyang lebih dari 1 menit dan kemudian berlalu, aku kembali ke kamar. Kukirim beberapa sms kepada keluarga untuk memastikan dan mengabarkan kondisi. Untunglah, kami semua yang saat ini tinggal terpisah karena ada yang tinggal di Cilacap, Jakarta, dan Jogja, dalam kondisi baik-baik saja.

Kunyalakan televisi, beberapa saat kemudian. Kupantau juga berita dari sebuah situs berita yang 15 bulan lalu menjadi tempatku bekerja. Rupanya gempa berpusat di Tasikmalaya dengankekuatan 7,3 SR dan kedalaman 30 km. Akibat gempa tersebut, tsunami kecil terjadi. Di Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya beberapa bangunan retak dan bahkan roboh. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga 3 September 2009 pukul 03.00 WIB, jumlah korban tewas tercatat 44 orang. Cianjur merupakan daerah dengan korban tewas paling banyak, yakni 15 orang. Ya Allah, ampuni dosa-dosa mereka, dan terimalah mereka di sisi-Mu.

Gempa ini terjadi tepat di hari ke-12 umat Muslim menjalankan puasa Ramadhan. Gempa memang fenomena alam yang lumrah. Apalagi bagi Indonesia yang terletak di ring of fire. Pergerakan lempengan bumi sering terjadi di Indonesia. Tapi gempa tidak akan terjadi tanpa kehendak dari-Nya. Korban yang berjatuhan, ketakutan manusia, adalah efek yang terjadi saat bencana terjadi. Ini adalah saat manusia ditegur oleh-Nya, saat ujian kembali diberikan.

Tak terbayang bagaimana jika kiamat besar terjadi. Saat air laut ditumpahkan, bumi bergolak, manusia dan hewan-hewan berlarian ke sana kemari mencari perlindungan. Tidak ada tempat bergantung kecuali kepada Tuhan. Ya Allah, ampuni kesalahan kami. Berikanlah kedamaian untuk kami. Lindungi kami dari segala perbuatan setan dan bencana. Ya Allah yang Maha Besar, berikan kami petunjuk agar selalu berjalan di jalan-Mu. Semoga kami termasuk golongan orang-orang yang beriman. Amin.

Nomor Scirea Untuk Grosso

20 Tahun sudah legenda Juventus Gaetano Scirea tewas dalam kecelakaan di Polandia. Nomor punggung 6 yang dulu pernah dipakai Scirea, kini dipakai bek baru Juve, Fabio Grosso. Grosso pun merasa bangga.

“Memakai nomor punggung 6 Juventus menjadi kebanggaan dan kehormatan besar,” ujar Grosso seperti dikutip dari juventus.it 2 September 2009.

Grosso merasa menjadi bagian dari sejarah luar biasa Juventus dan persepakbolaan Italia. Sebab Scirea adalah legenda sepakbola yang selalu menjadi contoh bagi para pesepakbola. “Saya berharap mendapat kepercayaan dari klub dan bisa membalas sambutan dan perhatian yang telah diberikan suporter dan teman-teman se-tim,” imbuh dia.

Scirea memulai debutnya di Serie-A bersama Atalanta pada 24 September 1972 saat melawan Cagliari. Pada 1974, Scirea bergabung dengan Juventus dan tampil sebanyak 552 kali hingga 1988. Itulah rekor penampilan terbanyak pemain Juve selama dua dekade hingga akhirnya dipatahkan oleh Alessandro del Piero. Bersama La Vecchia Signora, pria yang pernah pula membela Gli Azzuri ini meraih 7 scudetti, 2 Coppa Italia, 1 Champions Cup, 1 Continental Cup, 1 Winners Cup, 1 European Super Cup dan 1 UEFA Cup. Pada 1982, libero itu turut serta meraih gelar Piala Dunia bersama Timnas Italia.

Bagaimana Scirea di mata rekan-rekannya?

Dino Zoff: “Gaetano? Seorang pria dan pesepakbola luar biasa. Satu contoh gaya dan kelas di lapangan maupun di luar lapangan. Dengannya saya berbagi momen-momen hebat.”

“Saat kami masih bersama, kami jarang membutuhkan kata-kata. Melihat saja sudah cukup. Dia akan menjadi pelatih hebat jika memiliki kesempatan: dia meyakinkan dan mencintai mengajar.”

Franco Causio: ”Dia datang ke Turin ketika masih sangat muda, sedangkan waktu itu saya lebih tua. Saya bisa mengatakan bahwa saya melihat dia tumbuh: pemuda, tunangan, suami, ayah yang patut dicontoh. Dia pria pemalu dan baik, bahkan terlalu baik. Saya sering bilang ke dia untuk bereaksi, untuk sedikit kasar pada lawan: ketenangannya membuat saya marah. Anda tahu apa yang dia katakan? ‘Saya tidak bisa.’ Dia mengatakan demikian dengan senyum di bibir dan itu memenangkan. Saya tidak pernah melihat dia marah.”

“Kami melewatkan tahun-tahun terbaik dari hidup kami bersama-sama, menang banyak dan berbagi kebahagian besar. Ketika saya meninggalkan Juve, kami masih sangat dekat. Tidak mungkin untuk tidak mencintainya. Tidak mungkin untuk berbicara buruk padanya. Saya sangat mencintainya.”

Marco Tardelli (orang yang pernah bermain petak umpet dengan Scirea): “Dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia tetapi sangat sederhana untuk dikatakan dan dipikirkan. Caranya menjadi pendiam dan berkelakuan mungkin mengambil peluangnya untuk menjadi lebih baik untuk diketahui namun hal itu benar-benar memenangkan kemuliaannya, penghormatan dan persahabatannya kepada setiap orang, fans Juventus maupun yang bukan.”

Stefano Tacconi: “Dengan Gaetano saya hanya berbagi kebahagiaan: bersama kami memenangkan semua yang ada. Dalam sepakbola tahunan hanya 5 pemain yang memenangkan semua turnamen internasional: Blind dari Ajax, Brio (Sergio Brio), Cabrini (Antonio Cabrini), Gaetano dan saya sendiri. Itulah alasan untuk bangga mampu menulis halaman-halaman itu bersama-sama dan menjadi temannya.”

Scirea lahir di Milan pada 25 Mei 1953. Dia tewas dalam kecelakaan lalulintas di Polandia pada 3 September 1989. Insiden tersebut terjadi saat Scirea menjalankan tugasnya sebagai asisten pelatih Juventus untuk melihat calon lawan Juventus di perhelatan UEFA Cup saat itu. Sepanjang karirnya sebagai pesepakbola, Scirea tidak pernah mendapatkan kartu merah.

Aroma Juventus di Timnas Italia

Gli Azzuri bersiap tanding dalam kualifikasi Piala Dunia. Aroma Juventus kental terasa dalam squad asuhan Marcello Lippi tersebut. Sebab ada 8 pemain Juventus yang dipanggil untuk memperkuat Timnas Italia dalam laga melawan melawan Georgia dan Bulgaria pada 5 September dan 9 September mendatang.

Pemain Juventus yang dipanggil Lippi adalah Buffon, Cannavaro, Chiellini, Legrottaglie, Camoranesi, Marchisio, Iaquinta, dan pemain anyar Fabio Grosso. Kedelapan pemain Juve tersebut bergabung dengan 21 pemain lainnya. Dalam daftar pemain Timnas, ada juga nama pemain eks Juve yakni Morgan de Sanctis dan Gianluca Zambrotta.

Dominasi pemain Juventus di Timnas Italia bukannya tanpa alasan. Bukan karena Lippi adalah mantan pelatih Juve yang memiliki banyak kenangan manis dengan La Vecchia Signora. Namun di mata Lippi, Juventus adalah tim yang concern dengan pemain lokal.

“Saat ini ada delapan [pemain dari] Juventus yang telah diputuskan untuk membela Italia. Klub-klub lainnya telah membuat pilihan berbeda dan mereka punya hak untuk itu dengan fokus pada para pemain asingnya.” kata Lippi seperti dikutip dari goal.com, 2 September 2009.

Striker Juve kelahiran Brasil, Amauri, telah menyelesaikan upaya mengantongi status sebagai warga negara Italia. Dia berharap bisa menjadi bagian dari Tim Tre Colori. Apabila kelak Lippi memanggil Amauri, aroma Juventus akan kian kental terasa. Apalagi sejumlah laporan menyebut Amauri berpeluang bisa membela Azzurri ketika menghadapi Republik Irlandia di Dublin pada 10 Oktober mendatang.